Sering kali pasien lanjut usia disalahartikan sebagai pasien geriatri. Padahal, pasien lanjut usia belum tentu pasien geriatri, sedangkan pasien geriatri dengan sendirinya merupakan pasien lanjut usia. Pasien geriatri memiliki karakteristik dan gejala yang khas terdapat pada populasi lanjut usia.
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokomia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Depkes RI, 2001).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (CONSTANTINIDES, 1994).
DEFINISI LANSIA
Lansia adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam perannya untuk menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. (Bailon G. Salvaclon, 1978).
Lansia adalah individu yang berusia diatas 60 tahun, pada umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial, ekonomi. (BKKBN, 1995).
PEMBAGIAN LANSIA
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2. Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun.
3. Usia tua (old) antara 75-90 tahun.
4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
KLASIFIKASI LANSIA
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifiksai pada lansia :
1. Pralansia (prasenilis) : seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia : seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi : seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
4. Lansia potensial : lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
5. Lansia tidak potensial : lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
KARAKTERISTIK LANSIA
Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang Kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
TEORI PENUAAN
Teori penuaan dikelompokkan menjadi : teori biologis dan teori psikososial.
Jalur biologis memusatkan perhatian pada indikator yang dapat dilihat dengan jelas pada proses penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial mencoba untuk menjelaskan bagaimana proses tersebut dipandang dalam kaitan dengan kepribadian dan perilaku.
1. Teori biologis.
Tingkat perubahan :
· Genetika : gen yang diwariskan dan dampak lingkungan.
· Dipakai dan dirusak (wear and tear) : kerusakan oleh radikal bebas.
· Lingkungan : meningkatnya pajanan terhadap hal-hal yang berbahaya.
· Imunitas : integritas sistem tubuh untuk melawan kembali.
· Neuroendokrin : kelebihan atau kurangnya produksi hormon.
2. Teori psikologis.
Tingkat proses :
· Kepribadian : introvert lawan ekstrovert.
· Tugas perkembangan : maturasi sepanjang rentang kehidupan.
· Disengagement (pemutusan) : antisipasi menarik diri.
· Aktivitas : membantu mengembangkan usaha.
· Kontinuitas : pengembangan individualitas.
· Ketidakseimbangan sistem : kompensasi melalui pengorganisasian diri sendiri.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETUAAN
Meliputi:
· Hereditas = keturunan/genetik.
· Nutrisi = makanan.
· Status kesehatan.
· Pengalaman hidup.
· Lingkungan.
· Stress.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan perawat dalam memberi asuhan keperawatan kepada lanjut usia, yaitu karena :
1. Populasi lanjut usia sangat heterogen. Artinya, tidak semua individu lanjut usia memerlukan asuhan keperawatan dalam bentuk dan jenis yang sama. Secara keseluruhan, lanjut usia termasuk golongan populasi yang rapuh terhadap kesehatan, tetapi dalam derajat yang berbeda-beda. Dari aspek kesehatan, perbedaan ini dapat terlihat dari kondisi lanjut usia yang:
a. Sehat,
b. Setengah sakit dan setengah sehat,
c. Sakit akut (akut ringan, sedang dan berat),
d. Sakit kronis,
e. Sakit gangguan mental (termasuk demensia),
f. Sakit terminal,
g. Sakit tidak ada harapan untuk sembuh/hidup.
2. Jenis asuhan keperawatan yang dibutuhkan sangat bervariasi. Harus diingat bahwa heterogenitas populasi lanjut usia yang ada disertai kenyataan bahwa aspek fungsional seorang lanjut usia bergantung pada tiga faktor yaitu: faktor fisik, psikis dan sosial ekonomi.
3. Asuhan keperawatan ini membutuhkan keterkaitan dengan semua bidang, antara lain kesehatan, sosial, agama, olahraga, atau kesenian. Dalam pemberian askep perawat memerlukan pendekatan tertentu karena pasien lanjut usia memiliki berbagai masalah kesehatan dan kekhususan penurunan faal organ tubuh.
Peran Dan Fungsi Keperawatan Gerontik
Dalam prateknya perawat dalam menangani kasus gerontik melakukan peran dan fungsinya adalah sebagai berikut:
1. Sebagai care giver atau pemberi asuhan keperawatan.
2. Sebagai pendidik klien lanjut usia.
3. Sebagai motivator klien lanjut usia.
4. Sebagai advokasi klien lanjut usia.
5. Sebagai konselor atau memberi konseling pada klien lajut usia.
ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA
Keperawatan adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang berdasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar mannusia. Dalam hal ini asuhan pelayanan keperawatan yang diberikan bersifat komprehensif, yang ditujukan kepada individu, kelompok, keluarga dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit, yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Asuhan keperawatan gerontik diberikan berupa bantuan kepada klien lanjut usia karena adanya:
1. Kelemahan fisik, mental dan sosial.
2. Keterbatasan pengetahuan.
3. Kurangnya kemampuan dan kemauan dalam melaksanakan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri.
Tujuan asuhan keperawatan lanjut usia:
1. Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan:
· Peningkatan kesehatan (Health Promotion).
· Pencegahan penyakit.
· Pemeliharaan kesehatan.
Sehingga memiliki ketenangan hidup dan produktif sampai akhir hidup.
2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan.
3. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien lanjut usia (Life Support).
4. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau mengalami gangguan tertentu (kronis maupun akut).
5. Merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai suatu kelainan tertentu.
6. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu penyakit/gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal).
Fokus asuhan keperawatan lanjut usia:
1. Peningkatan kesehatan (health promotion).
2. Pencegahan penyakit (preventif).
3. Mengoptimalkan fungsi mental.
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
PROSES KEPERAWATAN LANSIA
Proses keperawatan pada lansia meliputi hal-hal dibawah ini:
1. Pengkajian.
Status kesehatan pada lansia dikaji secara komprehensif, akurat dan sistematis. Informasi yang dikumpulkan selama pengkajian harus dapat dipahami dan didiskusikan dengan anggota tim, keluarga klien, dan pemberi pelayanan interdisipliner.
Tujuan dari melakukan pengkajian:
a. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
b. Melengkapi dasar-dasar rencana perawatan individu.
c. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
d. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab/berkomunikasi.
Format pengkajian yang dikembangkan minimal terdiri atas: data dasar (identitas, alamat, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, dan suku bangsa); data bio-psiko-sosial-spiritual-kultural; lingkuangan; status fungsional; fasilitas penunjang kesehatan yang ada; serta pemeriksaan fisik.
Pengkajian ini meliputi aspek fisik, psikis, sosial dan spiritual dengan melakukan kegiatan pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan pemeriksaan (CGA: Comprehensive Geriatric Assessment).
a. Teknik pengkajian pada lansia
1) Pengumpulan data.
I. Riwayat kesehatan
Perawat melakukan pengkajian pada pasien dengan cara menanyakan pada pasien tentang riwayat kesehatan yang ada padanya. Tanyakan bagaimana riwayat kesehatan masa lalu, apakah pernah mengalami sakit, sakit apa, berobat kemana, apa pernah masuk rumah sakit, dapat obat apa?, bagaimana pengobatannya tuntas apa tidak?, sedangkan untuk riwayat saat ini: tanyakan bagaimana kondisi pasien saat ini, apa ada yang dikeluhkan?, bagaimana status kesehatannya secara umum?. Perawat melakukan pengkajian dengan pasien sehingga memperoleh gambaran tentang apa yang dialami pasien masa lalu dan dibandingkan dengan kondisi saat ini.
II. Pengkajian meliputi aspek:
(a) Fisik atau biologis
Dalam pengkajian fisik atau biologis ini dapat dilakukan dengan cara: wawancara riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
(1) Wawancara riwayat kesehatan
Dalam wawancara ini perawat kesehatan masyarakat dapat menanyakan tentang bagaimana:
Ø Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya.
Ø Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia.
Ø Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.
Ø Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan, dan pendengaran.
Ø Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecil.
Ø Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lanjut usia.
Ø Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
Ø Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum obat.
Ø Masalah-masalah seksual yang dirasakan.
(2) Pemeriksaan fisik
Ø Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
Ø Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik, yaitu: head to tea dan sistem tubuh.
(b) Psikologis
(1) Dilakukan saat berkomunikasi dengan pasien untuk mengetahui fungsi kognitf termasuk daya ingat, alam perasaan, orientasi terhadap realitas, kemampuan dalam menyelesaikan masalah.
(2) Serta perubahan umum yang terjadi, antara lain:
Ø Penurunan daya ingat.
Ø Proses pikir lambat.
Ø Adanya perasaan sedih.
Ø Merasa kurang perhatian.
(3) Hal-hal lain yang perlu dikaji dalam aspek psikologis meliputi:
Ø Apakah mengenal masalah-masalah utamanya.
Ø Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
Ø Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak.
Ø Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
Ø Bagaimana mengatasi stress yang dialami.
Ø Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
Ø Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
Ø Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
Ø Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaian masalah.
(c) Sosial ekonomi
Dalam pengkajian sosial ekonomi pada pasien tanyakan tentang:
(1) Bagaimana lansia membina keakraban dengan teman sebaya maupun dengan lingkungannya dan bagaimana keterlibatan lansia dalam organisasi sosial.
(2) Penghasilan yang diperoleh.
(3) Perasaan sejahtera dalam kaitannya dengan sosial ekonomi.
(4) Hal-hal yang perlu dikaji:
Ø Darimana sumber keuangan lanjut usia.
Ø Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
Ø Dengan siapa dia tinggal.
Ø Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia.
Ø Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
Ø Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
Ø Siapa saja yang biasa mengunjungi.
Ø Seberapa besar ketergantungannya.
Ø Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.
(d) Spiritual
(1) Berkaitan dengan keyakinan agama yang dimiliki dan sejumlah makna keyakinan tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari lansia.
(2) Hal-hal yang perlu dikaji:
Ø Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya.
Ø Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan.
Misalnya: pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
Ø Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
Ø Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal.
(e) Kognitif
Bagaimana dengan kondisi kognitif lansia: apa daya ingat lansia mengalami penurunan, mudah lupa, apa masih ingat hal-hal yang terjadi pada lansia dimasa lalu, dll.
(f) Status mental
Bagaimana dengan kondisi status mental klien: apakah lansia mudah tersinggung, bagaimana dengan emosi lansia labil/stabil.
2) Analisa data.
Setelah dilakukan pengumpulan data melalui kegiatan wawancara dan pemeriksaan fisik lakukan analisa data, dalam rangka untuk memilah data-data yang ada sehingga dapat dirumuskan suatu diagnosis keperawatan. Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh lansia apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat. Tujuan analisa data:
(1) Menetapkan kebutuhan lansia.
(2) Menetapkan kekuatan.
(3) Mengidentifikasi pola respon lansia.
(4) Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
3) Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan.
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin dapat diatasi sekaligus. Oleh karena itu diperlukan prioritas masalah.
4) Prioritas masalah.
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hirarki kebutuhan menurut Abraham H. Maslow yaitu:
(1) Keadaan yang mengancam kehidupan.
(2) Keadaan yang mengancam kesehatan.
(3) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
2. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosis keperawatan dapat berupa diagnosis keperawatan individu, diagnosis keperawatan keluarga dengan lansia ataupun diagnosis keperawatan pada kelompok lansia.
Diagnosis keperawatan adalah respons individu pada masalah kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Jadi diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi (potensial). Diagnosis keperawatan mengandung komponen utama yaitu: PES: Problem, Etiologi, dan System.
Masalah keperawatan yang dijumpai antara lain:
a. Fisik/Biologis:
· Gangguan nutrisi: kurang/berlebihan dari kebutuhan tubuh sampai dengan pemasukan yang tidak adekuat.
· Gangguan persepsi sensori: pendengaran, penglihatan, sampai dengan hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.
· Kurangnya perawatan diri sampai dengan penurunan minat dalam merawat diri.
· Potensial cedera fisik sampai dengan penurunan fungsi tubuh.
· Gangguan pola tidur sampai dengan kecemasan atau nyeri.
· Perubahan pola eliminasi sehubungan dengan penyempitan jalan nafas atau adanya sekret pada jalan napas.
· Gangguan mobilitas fisik sampai dengan kekuatan sendi.
b. Psikososial:
· Isolasi sosial sampai dengan perasaan curiga.
· Menarik diri dari lingkungan sampai dengan perasaan tidak mampu.
· Depresi sampai dengan isolasi sosial.
· Harga diri rendah sampai dengan perasaan ditolak.
· Koping tidak adekuat sampai dengan ketidakmampuan mengemukakan perasaan secara tepat.
· Cemas sampai dengan sumber keuangan yang terbatas.
c. Spiritual:
· Reaksi berkabung atau berduka sampai dengan ditinggal pasangan.
· Penolakan terhadap proses penuaan sampai dengan ketidaksiapan menghadapi kematian.
· Marah terhadap Tuhan sampai dengan kegagalan yang dialami.
· Perasaan tidak tenang sampai dengan ketidakmampuan melakukan ibadah secara tepat.
3. Rencana Keperawatan.
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi perencanaan asuhan keperawatan kesehatan pada lansia disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah : perumusan masalah, rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan.
Perawat mengembangkan rencana pelayanan yang berhubungan dengan lansia dan hal-hal lain yang berkaitan. Tujuan, prioritas, serta pendekatan keperawatan yang digunakan dalam rencana perawatan termasuk di dalamnya kepentingan terapeutik, promitif, preventif, dan rehabilitatif.
Rencana keperawatan membantu klien memperoleh dan mempertahankan kesehatan pada tingkatan yang paling tinggi, kesejahteraan dan kualitas hidup dapat tercapai, demikian juga halnya untuk menjelang kematian secara damai. Rencana dibuat untuk keberlangsungan pelayanan dalam waktu yang tak terbatas, sesuai dengan respons atau kebutuhan klien. Pemberian asuhan keperawatan dasar bagi lansia dapat dibedakan atas dua golongan sasaran lansia, yaitu:
a. Lansia aktif : mereka yang kondisi fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain, sedemikian sehingga taraf aktivitas sehari-harinya masih tergolong mandiri.
b. Lansia pasif : golongan lansia yang kondisi fisiknya menyebabkan mereka memerlukan banyak pertolongan orang lain seperti kelumpuhan atau penyakit yang dideritanya.
Adapun strategi intervensi bagi kedua golongan itu meliputi:
a. Intervensi kepada lansia yang tergolong masih aktif.
Bentuk intervensi disini meliputi: aspek perawatan diri, aspek kebersihan lingkungan, aspek gizi, pencegahan kecelakaan atau keselamatan, pemenuhan kebutuhan istirahat, serta aspek psikososial lansia.
b. Intervensi kepada lansia yang tergolong pasif.
Strategi intervensi bagi kelompok pasif ini terutama mereka yang dirawat di tempat tidur adalah mencakup aspek perawatan diri, kebersihan lingkungan tempat tidur dan ruangan, aspek pencegahan dekubitus, serta aspek perawatan lansia di institusi (panti wreda atau ruang perawatan).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana keperawatan:
a. Sesuaikan dengan tujuan yang spesifik di mana diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar.
b. Bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya.
c. Tentukan prioritas:
· Klien mungkin puas dengan situasi demikian.
· Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan.
· Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan.
d. Cegah timbulnya masalah-masalah.
e. Sediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau pemasukkan.
f. Dokumentasikan rencana keperawatan yang telah dibuat.
Menentukan intervensi khusus untuk lansia:
a. Melakukan bimbingan rekreatif dengan:
1. Menyiapkan acara (kuis, puzzle, reminisance, drama, humor).
2. Menyediakan alat dan tempat.
3. Melibatkan lansia dalam kegiatan.
4. Membuat lansia merasa senang mengikuti kegiatan.
b. Melakukan bimbingan sosial dengan:
1. Menentukan materi sesuai masalah yang terjadi di lingkungan lansia.
2. Memberikan penyuluhan.
3. Melakukan kerja bakti bersama.
c. Melakukan bimbingan keterampilan dengan:
1. Mengidentifikasi kemampuan berkarya lansia. Jenis keterampilan berkarya ditentukan sesuai kemampuan.
2. Menyediakan tempat serta perlengkapan keterampilan.
3. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara-cara mengerjakan keterampilan.
4. Memberikan kesempatan lansia untuk berkarya.
5. Memberikan penghargaan pada lansia yang mampu berkarya.
d. Melakukan bimbingan rohani dengan:
1. Melakukan sholat berjamaah.
2. Mengaji bersama.
3. Menghafal doa dan surat pendek.
Tujuan tindakan keperawatan pada lansia diarahkan lansia berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, psikologis dan sosial dengan tidak tergantung pada orang lain sehingga dapat memenuhi kebutuhan dasar lansia antara lain:
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi lansia
1) Peran pemenuhan gizi pada lansia dalam rangka untuk mempertahankan kesehatan dan kebugaran serta memperlambat timbulnya penyakit degeneratif sehingga menjamin hari tua tetap sehat dan aktif.
2) Penyebab masalah yang sering dihadapi lansia adalah: penurunan alat penciuman dan pengecapan, pengunyahan kurang sempurna, rasa kurang nyaman saat makan karena gigi kurang lengkap, rasa penuh diperut dan sukar buang air besar karena melemahnya otot lambung dan usus sehingga nafsu makan berkurang.
3) Masalah gizi yang sering timbul pada lansia adalah: gizi berlebihan, gizi kurang, kekurangan vitamin atau sebaliknya kelebihan vitamin.
4) Kebutuhan nutrisi pada lanjut usia:
· Kalori pada lanjut usia: laki-laki 2.100 kalori dan perempuan 1.700 kalori. Dapat dimodifikasi tergantung keadaan lanjut usia, Misalnya: gemuk/kurus atau disertai penyakit demam.
· Karbohidrat, 60% dari jumlah kalori yang dibutuhkan.
· Lemak, tidak dianjurkan karena menyebabkan hambatan pencernaan dan terjadi penyakit, 15% - 20% dari total kalori yang dibutuhkan.
· Protein, untuk mengganti sel-sel yang rusak, 20% - 25% dari total kalori yang dibutuhkan.
· Vitamin dan mineral sama dengan usia muda kebutuhannya.
· Air, 6 – 8 gelas per hari.
5) Rencana makanan untuk lanjut usia:
· Berikan makanan porsi kecil tapi sering.
· Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin.
· Berikan makanan yang mengandung serat.
· Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori.
· Membatasi minum kopi dan teh.
b. Meningkatkan keselamatan dan keamanan lanjut usia.
1) Kecelakaan sering terjadi akibat: jatuh, kecelakaan lalu lintas, kebakaran karena fleksibilitas kaki mulai berkurang, penurunan fungsi pendengaran dan penglihatan, lantai licin dan tidak rata, lingkungan yang kurang aman misal tangga tidak ada pengamanan, tempat tidur yang mudah bergerak.
2) Intervensi mencegah kecelakaan:
i. Klien/lanjut usia:
· Biarkan lanjut usia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan keselamatan.
· Latih lanjut usia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi.
· Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur, jika tidur.
· Bila mengalami masalah fisik, misalnya reumatik, latih klien untuk menggunakan alat bantu berjalan.
· Bantu klien ke kamar mandi terutama untuk lanjut usia yang menggunakan obat penenang/diuretika.
· Menggunakan kaca mata bila berjalan atau melakukan sesuatu.
· Usahakan ada yang menemani, jika bepergian.
ii. Lingkungan:
· Tempatkan klien di ruangan khusus dekat kantor sehingga mudah diobservasi bila lanjut usia tersebut dirawat.
· Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya.
· Gunakan tempat yang tidak terlalu tinggi.
· Letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lanjut usia menempatkan alat-alat yang selalu digunakan.
· Upayakan lantai bersih, rata, tidak licin dan basah.
· Kunci semua peralatan yang menggunakan roda untuk lanjut usia yang menggunakannya.
· Pasang pegangan di kamar mandi.
· Hindari lampu yang redup dan menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu 70-100 watt.
· Jika pindah dari ruang terang ke gelap ajarkan klien untuk memejamkan mata sesaat.
· Gunakan sandal/sepatu yang beralas karet.
· Gunakan perabotan yang penting-penting saja di ruang lanjut usia.
c. Memelihara kebersihan diri lanjut usia.
1) Penyebab kurangnya perawatan diri pada lanjut usia adalah:
· Penurunan daya ingat.
· Kurangnya motivasi.
· Kelemahan dan ketidakmampuan fisik.
2) Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri, antara lain:
· Mengingatkan/membantu lanjut usia untuk melakukan upaya kebersihan diri.
· Menganjurkan lanjut usia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung minyak atau berikan skin lotion.
· Mengingatkan lanjut usia untuk membersihkan lubang telinga, mata dan gunting kuku.
d. Pemenuhan kebutuhan istirahat/tidur lanjut usia.
1) Masalah yang sering terjadi: gangguan tidur.
2) Upaya yang dilakukan, antara lain:
· Menyediakan tempat/waktu tidur yang nyaman.
· Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas dari bau-bauan.
· Melatih lanjut usia untuk latihan fisik ringan untuk memperlancar sirkulasi dan melenturkan otot (dapat disesuaikan dengan hobi).
· Memberikan minum hangat sebelum tidur, misalnya: susu hangat.
e. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi.
1) Masalah umum yang dikemukakan pada lanjut usia adalah daya ingat menurun, depresi, lekas marah, mudah tersinggung dan curiga. Hal ini disebabkan hubungan interpersonal yang adekuat.
2) Upaya yang dilakukan, antara lain:
· Berkomunikasi dengan lanjut usia dengan kontak mata.
· Memberikan stimulus/mengingatkan lanjut usia terhadap kegiatan yang akan dilakukan.
· Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lanjut usia.
· Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk mengekspresikan atau tanggap terhadap respons non verbal lanjut usia.
· Melibatkan lanjut usia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan lanjut usia.
· Menghargai pendapat lanjut usia.
4. Tindakan Keperawatan.
Perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana perawatan yang telah dibuat. Perawat memberikan pelayanan kesehatan untuk memelihara kemampuan fungsional lansia dan mencegah komplikasi serta meningkatkan kemampuan. Tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan dari setiap diagnosis keperawatan yang telah dibuat dengan didasarkan pada konsep asuhan keperawatan gerontik.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada lansia:
a. Menumbuhkan dan membina hubungan salinga percaya dengan cara memanggil nama klien.
b. Menyediakan penerangan yang cukup: cahaya matahari, ventilasi rumah, hindarkan dari cahaya yang silau, penerangan dikamar mandi, dapur dan ruangan lain sepanjang waktu.
c. Meningkatkan rangsangan pancaindra melalui buku-buku yang dicetak besar dan berikan warna yang dapat dilihat.
d. Mempertahankan dan melatih daya orientasi realita: kalender, jam, foto-foto, serta banyaknya jumlah kunjungan.
e. Memberikan perawatan sirkulasi: hindari pakaian yang sempit, mengikat/menekan, mengubah posisi, dukung untuk melakukan aktivitas, serta melakukan penggosokan pelan-pelan waktu mandi.
f. Memberikan perawatan pernapasan dengan membersihkan hidung, melindungi dari angin, dan meningkatkan aktivitas pernapasan dengan latihan napas dalam (latihan batuk). Hati-hati dengan terapi oksigen, perhatikan tanda-tanda gelisah, keringat berlebihan, gangguan penglihatan, kejang otot dan hipotensi.
g. Memberikan perawatan pada organ pencernaan: beri makan porsi kecil tapi sering, beri makan yang menarik dan dalam keadaan hangat, sediakan makanan yang disukai, makanan yang cukup cairan, banyak makan sayur dan buah, berikan makanan yang tidak membentuk gas, serta sikap fowler waktu makan.
h. Memberikan perawatan genitourinaria dengan mencegah inkontinensia dengan menjelaskan dan memotivasi klien untuk BAK tiap 2 jam serta observasi jumlah urine pada saat akan tidur. Untuk seksualitas, sediakan waktu untuk konsultasi.
i. Memberikan perawatan kulit. Mandi: gunakan sabun yang mengandung lemak, hindari menggosok kulit dengan keras, potong kuku tangan dan kaki, hindari menggaruk dengan keras, serta berikan pelembab (lotion) untuk kulit.
j. Memberikan perawatan muskuloskeletal: bergerak dengan keterbatasan, ubah posisi tiap 2 jam, cegah osteoporosis dengan latihan, lakukan latihan aktif/pasif, serta anjurkan keluarga untuk membuat klien mandiri.
k. Memberikan perawatan psikososial: jelaskan dan motivasi untuk sosialisasi, bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas, fasilitasi pembicaraan, sentuhan pada tangan untuk memelihara rasa percaya, berikan penghargaan, serta bersikap empati.
l. Memelihara keselamatan: usahakan agar pagar tempat tidur (pengaman) tetap dipasang, posisi tempat tidur yang rendah, kamar dan lantai tidak berantakan dan licin, cukup penerangan, bantu untuk berdiri, serta berikan penyangga pada waktu berdiri bila diperlukan.
Tindakan keperawatan pada lansia juga berkaitan dengan kebersihan fisik, keseimbangan gizi, latihan fisik, seksualitas, eliminasi, istirahat, tidur dan rasa nyaman, serta keseimbangan emosi.
5. Evaluasi Keperawatan.
Perawat harus mengevaluasi secara terus-menerus respons klien dan keluarga terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi dilakukan untuk tercapainya tujuan dan memperbaharui data, diagnosis keperawatan, serta rencana keperawatan jika tindakan keperawatan yang dilakukan belum mencapai tujuan yang diharapkan. Evaluasi dibuat dalam catatan perkembangan menggunakan SOAP (subjektif, objektif, analisa, perencanaan).
DAFTAR PUSTAKA
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi ke-2. Jakarta: EGC
Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi ke-3. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: CV Sagung Seto
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi ke-2. Jakarta: EGC
S, Tamher dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Buku 2. Jakarta: Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Buku 2. Jakarta: Salemba Medika